KISAH PAHLAWAN NASIONAL - Sri Sultan Hamengkubuwono IX


Sumber : id.wikipedia.org


Nama beliau waktu kecil Gusti Raden Mas Dorojatun yang lahir pada tanggal 12 April 1912. Anak dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dengan Raden Ajeng Kustilah. Pada saat usianya 4 tahun, Sri Sultan Hamengkubuwono VIII menitipkannya dirumah keluarga Mulder, pasangan dari Belanda, tak lupa ayahnya juga memberi pesan kepada keluarga Mulder, untuk memperlakukan Gusti Raden Mas Dorojatun layak seperti rakyat biasa, ia pun haru hidup mandiri, tanpa didampingi pengasuh.

Pendidikan yang dijalani beliau dimulai di Yogyakarta; Frobel School (Taman Kanak Kanak), lanjut ke Eerste Europe Lagere School B, kemudian pindah ke Neutrale Europese Lagere School (Sekolah Dasar), lalu beliau menempuh pendidikan di Hogere Burgershool di Semarang dan Bandung. Namun ayahnya memutuskan untuk mengirim beliau bersama saudaranya ke Belanda di Gymnasium, lalu beliau melanjutkan pendidikan di Rijkuniversitet di Leiden. 

Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang haus akan kemerdekaan, Ia terus mendorong pemerintah RI agar memberi status istimewa kepada Yogyakarta. Perjuangannya bersama Paku Alam IX menjadi penguasa lokal pertama yang menggabungkan diri ke Republik Indonesia pun terwujud.

Pada tanggal 17 Agustus, Ia diangkat menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pertama oleh Presiden Soekarno, jabatannya tersebut dipegang sampai akhir hayatnya, yang dibantu oleh Paku Alam VII selaku Pejabat Gubernur 

Pada tanggal 2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947, Hamengkubuwono IX dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Negara pada kabinet Sjahrir III, lalu Ia diangkat lagi dalam Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II pada tanggal 3 Juli - 11 November 1947, dan dilanjutkan hingga 28 Januari 1948.

Jabatan di Kementerian terus dipercayakan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Pada 4 Agustus - 20 Desember 1949 Menteri Pertahanan / Koordunator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II dan tanggal 20 Desember 1949 - September 1950 Menteri Pertahanan pada masa RIS, diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri dalam Kabinet Natsir pada tanggal 6 September 1950 - 27 April 1951. 

Ia juga disebut-sebut sebagai salah satu founding father Universitas Gadjah Mada sejak mulai pendirian Balai Perguruan Tinggi UGM pada 17 Februari 1946 sampai pendirian UGM pada 19 Desember 1949, hingga berubah menjadi Universitas Negeri Gadjah Mada sampai menjadi Universitas Gadjah Mada di tahun 1954. Atas usahanya, ia dipilih menjadi Ketua Dewan Kurator UGM tahun 1951.

Di bidang olahraga, mantan Ketua Dewan Pariwisata Indonesia (1956), mantan delegasi Indonesia di PBB urusan pariwisata (1963 dan 1968) ini dipercaya menjadi Ketua Federasi ASEAN GAMES (1958) dan Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) pada 1968. 

Pengalaman dan kecerdasannya juga dimanfaatkan secara penuh di bidang ekonomi ketika kembali di Kementerian menjadi Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan pada 5 Juli 1959 dan Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi 11 pada Maret 1966.

Jabatan itu kemudian berganti nama pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Ia diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI pertama masa jabatan 25 Juli 1966 - 17 Oktober 1967, yang kemudian digantikan oleg Ali Wardhana.

Hamengkubuwono IX yang juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia dan pernah menjabat sebagai ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1968), dipilih untuk mendampingi Presiden Soeharto sebagai Wakil Presiden RI ke-2 menggantikan Mohammad Hatta pada 24 Maret 1973 - 23 Maret 1978. Jabatan itu dilanjutkan Adam Malik di periode berikutnya.

Komentar